|
Foto reka ulang, pinjam SIM suami (Dok. Pribadi) |
Begitulah hasilnya kalau saya yang amat sangat pundung-an itu nyetir mobil bareng Mamah. Waktu itu (sepuluh tahun yang lalu, wajar lah ya kalau masih labil hihihi...), saya baru saja lulus kursus menyetir mobil. Jam terbang saya belum banyak. Mungkin Mamah enggak bermaksud untuk mencereweti saya, beliau hanya panikan. Sedikit-sedikit bilang "Awas motor!", sedikit-sedikit teriak "Hati-hati!". Membuat saya merasa tidak diberi kepercayaan untuk mengendarai mobil. Padahal, kalau nyetir mobil bareng Papah damai-damai saja tuh. Maka pundung-lah saya. Berbulan-bulan saya tidak mau menyetir mobil dan menggantung SIM A tersebut di dinding kamar lengkap dengan catatan seperti yang terlihat di foto. Jangan ditiru yah, jadi orang pundung-an tuh rugi :p
SIM itu sekarang sudah hilang. Sehari setelah saya selesai pundung dan menyimpan kembali SIM tersebut ke dalam dompet, eh dompetnya dicopet huhuhu... Dan sampai sekarang saya belum sempat membuat lagi SIM yang baru.
Catatan:
Pundung merupakan Bahasa Sunda populer. Artinya tersinggung atas ucapan atau perbuatan seseorang, sehingga tidak mau bertemu lagi dengan orang yang menyinggung (atau dalam kasus saya, tidak mau menyetir lagi).
~~~
Tulisan ini diikutsertakan untuk Kinzihana's Giveaway.
Hehehehe dulu saya juga pundungan, tapi kalau soal SIm saya semanget sekali.. alias Keukeuhh :)
ReplyDeletemakasih ya mak sudah berpastisipasi .
Pundung, baru tahu..heheee, wah ngambek deeeeh dan akhirnya malah ilang, terus mamah gimana tuuuh?
ReplyDeleteSalam
Astin
kalo bahasa jawa pundi\ung artinya ngambek, mbak. eh sam aaja ya hehe
ReplyDeleteulah sok pundungan hehehe
ReplyDeleteHeu :D memang sepertinya SIM itu belum boleh dipake mbak makanya ilang. Etapi, Mbak mesti bikin lagi loh, jangan pundung :D
ReplyDeleteIh keren punya SIM A. Saya mano ado?! Kata abang saya, naik motor aja nabrak-nabrak apalagi motor..
ReplyDelete*hadeeh.. :D
Hihihi judulnya kualat karena pundung sama ortu ya mbak.. hehehe
ReplyDelete