Masih ingat artikel saya mengenai Penerapan Disiplin pada Anak Usia Dini beberapa waktu yang lalu? Nah, sekarang saya akan berbagi artikel lanjutannya nih.
Jadi, hari Sabtu tanggal 18 April yang lalu, Jule & Antzer Mother School kembali mengadakan seminar parenting di komplek rumah saya. Ups, sudah lama ya, lebih dari sebulan yang lalu, hehehe…. Masih mengundang narasumber yang sama, yaitu Ibu Aundriani Libertina, M. Psi (psikolog, kepala sekolah Binar Indonesia Preschool di Rancabolang, Bandung). Apabila dalam seminar sebelumnya, memberi pencerahan pada para orang tua tentang betapa pentingnya menerapkan disiplin pada anak, seminar kali ini lebih menekankan pada tekniknya.
Sebelum masuk pada teknik disiplin, sedikit kilas balik dulu mengenai materi sebelumnya. Dari film Helen Keller, kita dapat menyimpulkan bahwa kualitas hidup Helen bisa berubah jauh lebih baik setelah diterapkan disiplin yang tegas dan konsisten. Tapi, penerapan disiplin baru akan berhasil apabila anak mempunyai respek kepada orang tua. Bagaimana caranya mendapatkan respek dari anak? Yuk, baca terus ;)
Pertanyaan peserta:
- Disiplin dapat mulai diterapkan sejak anak berumur berapa?
- Bolehkah marah pada anak?
- Bagaimana apabila ibu memilih untuk bekerja di luar rumah?
Pembahasan teknik disiplin dimulai dengan mendengarkan dan melakukan evaluasi praktik disiplin yang direkam oleh salah satu peserta. Selama sekitar 10-15 menit, ibu itu mendisiplinkan anaknya (laki-laki, 3 tahun) yang sudah selesai bermain lego tetapi tidak mau membereskan mainannya dan malah mulai menggambar.
Kesan saya, duh ibu itu sabar banget….
Tapi menurut Bu Aund, justru banyak kekurangannya. Di antaranya:
- Eksekusi terlalu lambat.
- Suap diawal (akan memberi kertas kosong apabila anaknya mau membereskan legonya).
- Memberikan alasan dengan bahasa tingkat tinggi, terlalu panjang, dan bertele-tele.
- Nada terlalu lembut, sehingga anak tidak respek.
Tiga Senjata Utama
Dalam menerapkan disiplin, ada tiga senjata yang dapat digunakan. Yaitu:
- Suara
- Mata
- Bahasa tubuh
Ketika Bu Aund menanyakan senjata utama yang dimiliki tiap peserta, sebagian besar menjawab suara dan bahasa tubuh. Padahal senjata yang paling utama dalam menerapkan disiplin yaitu mata. Lihat mata anak, untuk memastikan bahwa dia memperhatikan apa yang kita katakan. Jadi jangan sambil main handphone atau sambil masak ya :p
1. Kenali nada bicara
- Nada sehari-hari: datar dan normal (Contoh: Tolong cuci tanganmu)
- Nada memerintah: rendah tapi tegas (Contoh: Duduk di sini)
- Nada menghargai: tinggi dan bergairah yang menunjukkan kegembiraan (Contoh: Hebat)
- Sampaikan pesan dengan jelas, singkat, dan mantap (jangan ragu, memberi peluang untuk didebat/kompromi, ada nada bersalah/cemas).
Pssst, suara perempuan itu sopran (tinggi) sehingga tidak enak didengar mana kalau sedang mengomel, kalimatnya merepet pula, hihihi…. Berbeda dengan suara laki-laki yang rendah. Makanya ketika ayah berbicara, cenderung lebih mendapat perhatian.
Pertanyaan peserta:
Disiplin berarti tidak ada diskusi?
Iya. Diskusi dilakukan sebelumnya. Misalnya ketika di jalan melihat bapak-bapak meludah sembarangan. Langsung diskusikan dengan anak bahwa hal tersebut tidak sopan.
2. Kenali tatapan mata
- Hangat
- Tegas
- Menghina
- Tidak percaya
- Latihan/evaluasi menggunakan cermin.
- Jika anak menolak menatap saat diberi penjelasan/perintah, pegang tangan atau pipi/dagunya dengan tekanan yang secukupnya saja sambil katakan, "Tatap mata Ibu, Ibu sedang berbicara denganmu."
3. Kenali bahasa tubuh
- Bahasa tubuh sehari-hari: santai, luwes, sentuhan lembut
- Bahasa tubuh saat mendisiplinkan: tegap, jaga jarak (tidak terlalu dekat/jauh), gunakan tangan untuk menunjukkan tempat (bukan dagu, kepala, atau yang lainnya), menatap mata anak sejajar dengannya, minimalisir penggunaan jari
Pertanyaan peserta:
Apakah bahasa tubuh ibu dapat memberikan efek psikologis pada anak?
Iya, tapi tidak secara langsung. Bahasa tubuh yang tepat dapat membuat ibu merasa percaya diri, kompeten, mempunyai hak/otoritas untuk mengatur anak.
Ingat, pergunakan tubuh sesuai fungsinya, bukan untuk menunjukkan kemarahan. Apabila jarak ibu dan anak terlalu dekat serta tangan ikut menunjuk-nunjuk, maka terlalu mengintimidasi. Sebaliknya, apabila jarak ibu dan anak terlalu jauh, maka anak tidak akan respek.
Cek, apakah sikap ibu lebay atau tidak. Apabila setelah mendisiplinkan anak, ibu merasa cape, mungkin nada bicara, tatapan mata, dan bahasa tubuh ibu terlalu berlebihan.
Penyampaian materi ini diselingi juga dengan praktik. Secara bergiliran, setiap peserta diminta untuk mengucapkan kalimat dengan nada sehari-hari, nada memerintah, dan nada menghargai. Hasilnya sih cenderung datar, entah ya kalau di rumah, hihihi…. Begitupun dengan tatapan mata dan bahasa tubuh, dipraktikan juga.
Time Out
- Bisa berupa pojok merenung, kursi berpikir, karpet menyendiri, sesuai kondisi masing-masing.
- Merupakan kendali yang tegas atas perilaku buruk anak, bukan hukuman.
- Anak diminta untuk memikirkan tindakannya dan memahami akibat dari perilaku buruknya (konsekuensi).
- Langkah utama: menjauhkan anak dari tempat kejadian perkara untuk sementara waktu agar ia memiliki kesempatan untuk menenangkan diri, berpikir tentang perilakunya, dan meminta maaf atas perilakunya tersebut.
Teknik time out:
- Beri peringatan satu kali.
- Membawa anak ke zona time out jika ia mengulangi perilaku buruk.
- Beri penjelasan dan tetapkan waktu time out-nya (sampaikan dengan jelas, jangan pakai kata 'itu' atau 'nakal').
- Waktu time out disesuaikan dengan umur anak (misal untuk anak berusia 5 tahun, waktu time out-nya selama 5 menit).
- Tinggalkan dan jangan melakukan komunikasi.
- Kembali dan jelaskan jika anak tidak patuh.
- Meminta anak untuk minta maaf.
- Akhiri dengan pelukan dan berikan pujian dengan nada yang lebih tinggi dan riang.
Penting! Ajarkan anak cara untuk meminta maaf. Namun poin utamanya, apabila anak memukul, bukan untuk meminta maaf pada orang yang dipukul. Tetapi menyadari bahwa perbuatannya salah dan tidak akan mengulanginya lagi.
Berikut pesan terakhir yang disampaikan Bu Aund dalam acara ini.
Menjadi orang tua memang sulit. Menjadi orang tua yang baik memang tidak bisa instan. Makanya orang tua harus realistis. Anak bisa menunjukkan perilaku di luar rencana Anda. Tugas orang tua untuk mengembalikan perilaku anak ke rencana semula. Apabila merasa lelah mengasuh anak, ingatlah pahala jihad seorang ibu.
Alhamdulillah…. Seru, bermanfaat, dan bisa langsung dipraktikkan di rumah. Tidak sabar menunggu acara seminar selanjutnya, terutama yang temanya mengenai mendidik anak sesuai kepribadian ibu :D
info banget nech mbak, punya balita 2 dan 4 tahun, sedang mengajari disiplin, semoga bisa diterapkan dan berhasil...
ReplyDeleteaamiin :)
Deletepesannya mengena banget ya.... apalagi kalimat terakhirnya
ReplyDeleteiya :)
DeleteWahhh, mau ikutan praktek ah mak, mumpung anak saya baru dua tahun . Makasih ilmunya:-)
ReplyDeleteSangat sistematis... aku suka... thx...
ReplyDeleteterima kasih
Deletepoint lain yang tak kalah penting menurut saya adalah harus tega heuheu...kadang2 mau disiplin ga ngasih jajan trus kasian karena nangisnya kayak di gebukin atau disiplin ga beli mainan pas ke mall tapi malu karena dia tantrum...hadeuh harus tega dan siap malu :)
ReplyDeleteitu mak, yang berat... rasanya pgn pulang aja deh klo anak udah aneh2 di tempat umum :))
Deletetentang tegas dan konsisten memang sudah dibahas di pertemuan & artikel sebelumnya mak ;)
blm punyaa aanak tpiii....
ReplyDelete:D
Deletekedisiplinan itu sangat perlu ya mbak, dan memang harus di mulai sejak dini untuk anak anak ya :D
ReplyDeleteiya, semakin besar justru semakin dibebaskan tp kebebasan yg bertanggungjawab ;)
DeleteKeren bgt artikelnya...sy jd nambah ilmu. Mksh ya mak :)
ReplyDeletesama2 mak :)
DeleteArtikel ini memberikan wawasan terbaru buat saya, wacana pembahasan ini sangat bermanfaat. terimakasih
ReplyDeletesama2...
Deletemenanamkan disiplin kepada anak butuh kesabaran ya mba kalu tidak yang ada justru kita sering memarahi anak dan ini tentu tidak baik
ReplyDeleteiya, ya ortunya cape, ya dampak ke anak jg ga baik...
DeletePendidikan anak sangat penting demi perkembangannya ya.. dan orang tua memang harus bisa mendidik dengan baik.. Terimakasih infonya
ReplyDeleteIbunya harus tega ya? Hiks
ReplyDeletekalau niatnya utk kebaikan anak spy dia bs survive di kehidupan nyata, ya harus tega...
Deletesusah :D
ternyata harus tegas beneran ya hehehe..makasih mbak ulasannya,menarik bangett..nanti kl udah praktek,shairng lagi ya mbakk^^
ReplyDeleteinsha Allah :D
Deleteterima kasih sharingnya ya mbak, berguna banget nih bisa aku coba pratekkan
ReplyDeletealhamdulillah :)
Deleteinformasi yang bagus, ternyata banyak teknik untuk mendisiplinkan seorang anak, apa lagi saya belum berpengalaman dalam menangani anak di bawah umur
ReplyDelete:)
DeletePendidikan karakter begini yang bagi saya terasa paling berat, tapi kalau nggak dilakukan akan jadi lebih berat. Thanks for sharing Mak. Benar-benar bermanfaat
ReplyDeletepaling berat dan paling penting :)
DeleteUhuhuhu, bener-bener kudu disiplin sebelum mendisiplinkan anak. *toyor diri sendiri*
ReplyDeleteitu yg paling susah hihihi...
DeleteMemang harus dari kecil diajarkan disiplin, supaya kalau sudah gedee jadi anak yang baik.
ReplyDeletejd anak baik yg dpt diterima oleh lingkungannya :)
Deletebermanfaat banget maak, bisa jadi referensiku waktu mendidik anak :)
ReplyDeletealhamdulillah :)
Deletehihi saya sendiri pengennya saat sudah menikah dan punya anak. anak saya mau saya didik seperti tentara ( khusu anak laki laki ) biar punya mental baja dan fisik yang kuat.
ReplyDeletewah...?
Deletesangat bermanfaat infonya sob
ReplyDeleteterima kasih...
DeleteKadang menerapkan sikap disiplin pada anak itu agak susah-susah gampang tapi akan lebih mudah lagi diterapkan pada usia dini yaa mak? :) hehehe
ReplyDeleteiya...
Deletewah artikel lengkap yang sangat berguna tidak hanya untuk guru tetapi berguna juga untuk para orang tua terutama sang Ibu yang selalu dekat bersama sang Balita, sebab kedisiplinan harus ditanamkan kepada anak sejak usia dini ya bu.
ReplyDeleteyup :)
DeleteBermanfaat banget mba nath, ijin kopas untuk kusimpan ya mbaa...nuhun pisan sharingnya :*
ReplyDeletekedisiplinan memang harus ditanam sejak kecil, agar kelak saat ia dewasa sudah terbiasa hidup disiplin.
ReplyDelete;)
DeleteUcapan dibarengi bahasa tubuh lebih baik, ya. Peragaan gitu, Mbak.
ReplyDeleteApik ikut acara kayak gini ih!
iya, yang pasti mata hrs ketemu mata ;)
DeleteMembantu banget nih mba tehniknya
ReplyDelete:)
DeleteBisa diterapkan ke bocah2ku nih...
ReplyDeletesilakan mak :)
DeleteTFS mak, sy lagi berusaha mendisiplinkan yg kecil nih. dan kayanya saya yg lemah mungkin karena dia anak perempuan jadi saya kurang tegas :( soalnya dia cepet nangis
ReplyDeletesaya jg termasuk yg lemah mak... klo lg males ya kurang tegas :(
Deleteinformasinya bagus sekali
ReplyDeletebisa diterapin buat anak saya nih
ReplyDeletesilakan :)
DeleteBisa diterapkan nih tekhniknya :)
ReplyDeleteiya, boleh :)
DeleteBagus Mbak, acaranya
ReplyDeleteSampai sekarang saya pun masih belajar terus utk hal ini. Dan memang benar, kita perlu "respek" dari anak agar mereka mau disiplin. Dan ternyata itu yang harus kita bangun tiap hari dengan anak, menyangkut bonding juga. Nada suara memang harus dimainkan. Kadang2 rendah, kadang2 tinggi. Saya masih perlu belajar satu hal: menahan bentakan .... ini kadang sulit apalagi menghadapi si sulung yang wataknya paling keras di antara bertiga :D
wah, mbak aja yg anaknya udah 3 msh belajar, apalagi saya :D
Deleteboleh juga nih tekniknya
ReplyDelete:)
Deleteinfonya sangat bermanfaat dan menambah wawasan
ReplyDeleteterima kasih
Deletemakasih banget mbak uda dishare..semoga nanti bisa diterapkan dengan baik ke anak saya
ReplyDeletesip, sama2 :)
Deletebisa diperaktekin nih, sangat bermanfaat sekali :)
ReplyDeletememang, menanamkan disiplin kepada anak sejak dini adalah hal yang sangat penting.
ReplyDeletemateri parenting yg ok.. bisa diprektekan kelak.. :D
ReplyDeleteboleh juga ngajarin adik saya yang agak bandel, tks mbak! :)
ReplyDeletenah ini harus patut untuk diterapkan dalam pola mendidik anak, agar senantiasa bisa disiplin dan bertanggung jawab dari sejak dini
ReplyDeletebagus bgt tulisanya, mga makin sukses mbak.
ReplyDelete
ReplyDeleteArtikelnya bagus ya saya suka ....kembangkan!!!